WHO Mengumumkan Berakhirnya Darurat Kesehatan Publik atas COVID-19

 

  • Pengumuman dari WHO merupakan tonggak positif yang menandai akhir pandemi COVID-19 sebagai darurat kesehatan global.
  • Namun, seiring dengan pembukaan kembali bekerja dan bepergian, polusi udara telah kembali meningkat dan bahkan melebihi tingkat sebelum masa pandemi.
  • Individu dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi paparan mereka terhadap polusi udara.
  • Penggunaan pembersih udara berbasis HEPASilentTM dan karbon aktif seperti dari Blueair merupakan salah satu alat yang layak dipertimbangkan.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini menyatakan berakhirnya darurat kesehatan masyarakat global akibat COVID-19, mengakui penurunan kasus dan kematian dalam dua tahun terakhir, serta peningkatan kekebalan populasi akibat vaksinasi dan infeksi sebelumnya. Namun, WHO menekankan bahwa COVID-19 tetap merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat global dan mendorong negara-negara untuk tidak membongkar sistem kesehatan masyarakat  yang telah dibentuk untuk mengendalikan penyakit ini.

Menyusul pernyataan tersebut, Kementerian Kesehatan Indonesia mengadakan konferensi pers pada hari Selasa, 9 Mei 2023, untuk mengimbau masyarakat tetap waspada dan terus mematuhi protokol kesehatan selama program vaksinasi berlanjut. Langkah ini sangat penting untuk melindungi segmen masyarakat yang berisiko tinggi. Kementerian dan para ahli kesehatan akan memantau situasi lokal secara cermat dan memberikan rekomendasi yang tepat kepada pimpinan negara sebelum mencabut status darurat kesehatan masyarakat COVID-19 secara lokal. Meskipun Indonesia baru-baru ini mengalami peningkatan infeksi, dengan rata-rata sekitar 2.000 kasus per hari, masih dibawah standard level 1 WHO dan angka ini jauh lebih rendah daripada puncak yang tercatat pada tahun 2020 dan 2021.

 

Peningkatan Polusi Udara yang Mengkhawatirkan

 

Meskipun deklarasi WHO yang menyatakan berakhirnya COVID-19 sebagai darurat kesehatan global merupakan hal yang patut disambut baik, masyarakat juga menyaksikan pengingkatan kembali polusi udara di seluruh dunia. Menurut WHO, hampir seluruh populasi dunia (99%) menghirup udara yang melebihi batas kualitas udara yang telah ditetapkan, dan mengancam kesehatan mereka.

Sejumlah catatan menunjukkan bahwa lebih dari 6,000 kota di 117 negara kini memantau kualitas udara, tetapi penduduk yang tinggal di dalamnya tetap menghirup kadar mikropartikel dan nitrogen dioksida yang tidak sehat, dengan tingkat paparan tertinggi terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Estimasi dari WHO mengungkapkan bahwa 7 juta orang kehilangan nyawa setiap tahunnya akibat polusi udara.

Menariknya, pandemi COVID-19 telah memiliki dampak positif sementara pada tingkat polusi udara karena adanya pembatasan dan larangan perjalanan, yang mengakibatkan penurunan polusi. Namun, seiring dengan pembukaan kembali negara-negara dan masyarakat kembali bekerja dan bepergian, tingkat polusi udara telah meningkat kembali, melampaui tingkat sebelum pandemi. Tren ini terutama terlihat di kota-kota besar dengan lalu lintas tinggi dan aktivitas industri, seperti Jakarta. Dari data yang ada tingkat polusi kota Jakarta di tahun 2022 melebihi 7 kali dari batas normal. Tanggal 2 Mei 2023, pukul 12.41 WIB, tercatat kualitas udara Jakarta punya nilai 164 yang berarti 11,3 kali dari standard WHO.

 

Tips Menjaga Diri dari Paparan Polusi yang Berbahaya

 

Individu dapat mengambil berbagai langkah untuk meminimalkan paparan mereka terhadap polusi udara. Langkah-langkah ini termasuk menghindari jalan-jalan ramai dan daerah dengan tingkat polusi tinggi, menggunakan masker saat berada di luar ruangan di daerah yang terpapar polusi, dan menggunakan penyaring udara di dalam ruangan. Disarankan untuk menggunakan penyaring udara berkualitas tinggi dengan filter HEPASilentTM dan karbon aktif. Filter HEPASilentTM secara efektif menangkap mikroorganisme dan mikropartikel seperti debu, serbuk sari, dan bulu hewan peliharaan, sedangkan filter karbon aktif dapat menghilangkan gas-gas berbahaya seperti senyawa organik volatile (VOC), formaldehide dan bau-bau. Dengan memanfaatkan kedua filter media ini, kualitas udara dalam ruangan bersih  dan risiko kesehatan yang terkait dengan polusi udara dapat dikurangi. 

Sebagai kesimpulan, meskipun berakhirnya darurat kesehatan COVID-19 secara global adalah tonggak positif, memburuknya tingkat polusi udara di seluruh dunia menjadi pengingat akan tantangan signifikan yang ada di depan. Pemerintah, bisnis, dan individu semua memiliki peran penting dalam mengurangi emisi dan meningkatkan kualitas udara untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan penyaring udara berkualitas tinggi berbasis HEPASilentTM dan karbon aktif, seperti produk dari Blueair, sebagai alat yang efektif untuk mengurangi polusi udara sehingga Anda dipastikan mneghirup udara bersih di dalam ruangan.

Share:

Posted in Air purifier

Search engine powered by ElasticSuite