Udara Bersih & Sehat Saat Berkendara Selama Masa Pandemi

  • Kembali meningkatnya volume kendaraan lalu lintas Jakarta menyebabkan kemacetan lalu lintas dan tingkat polusi udara naik.
  • Udara di dalam kabin kendaraan ternyata lebih kotor 15 kali dari indoor, hal ini menampik anggapan, mengendarai kendaraan pribadi lebih sehat karena tertutup dan ber-AC.
  • Paparan polusi udara selama berkendara tidak bisa dihindari sehingga perlu menjaga kebersihan dan meningkatkan kualitas udara di dalam kabin selama berkendara, terutama saat melintas di ruas jalan yang sering macet dan persimpangan lampu merah.

 

Kemacetan di Ibukota kembali terjadi. Kepulan asap knalpot bisa terlihat di ruas jalanan yang kembali terkena macet. Seiring dengan berlanjutnya pandemi, terutama setelah PSBB memasuki masa transisi, banyak orang mulai beraktifitas kembali dan memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi dibanding transportasi umum demi alasan kesehatan dan keamanan.

Meningkatnya kembali kegiatan industri, lalu lintas dan sebagainya tentunya berdampak buruk bagi kualitas udara di kota-kota besar seperti di Jakarta. Dalam waktu singkat, indeks kualitas udara yang dimonitor di beberapa lokasi dan dapat dilihat dari situs dan/atau aplikasi seperti Air View by Blueair kembali menunjukkan peningkatan ke level yang sama seperti sebelum masa pandemi. Contohnya, berdasarkan sensor berlokasi di Jalan M.H. Thamrin, Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index atau disingkat AQI) mencatat nilai 112 yang mengindikasikan udara sedikit tidak sehat.

Di masa pandemi ini, polusi udara bisa meningkatkan risiko kematian pada orang yang terinfeksi virus. Studi menemukan, setiap kenaikan 1 mikrogram PM2,5 di udara bisa meningkatkan kematian sebanyak 15%.

Di kota-kota besar seperti di Jakarta, 80% polusi udara berasal dari emisi kendaraan bermotor, sisanya berasal dari kegiatan industri, seperti cerobong asap pabrik. Polusi udara bisa meningkat seiring meningkatnya volume kendaraan dan menimbulkan kemacetan di jalan, sehingga asap knalpot terakumulasi. Polusi udara juga bisa terjadi karena pemberhentian kendaraan di persimpangan lampu merah. Penelitian menemukan penumpang/pengemudi terpapar 25% partikel berbahaya di udara pada saat pemberhentian di persimpangan lampu merah.

Polutan partikel berupa debu halus/partikel mikroskopik (PM2,5) dari asap knalpot, atau bisa juga berasal dari ban dan rem kendaraan, terhirup dan mengendap di paru-paru dan lebih berbahayanya ikut masuk ke dalam sistem peredaran darah. Polutan tidak kasat mata ini sangat berbahaya dan mendapat julukan pembunuh senyap (silent killer), karena bisa memicu berbagai macam penyakit yang bisa mematikan, seperti gangguan saluran pernapasan, jantung, stroke, kanker dan penyakit paru kronis.

Tidak hanya memicu penyakit yang mematikan, PM2,5 juga bisa mengganggu kesehatan walau terpapar sebentar, gejala yang timbul seperti iritasi pada mata, bersin-bersin, sesak napas, kehilangan konsentrasi dan sakit kepala. Untuk orang-orang yang memiliki riwayat alergi atau yang rentan seperti bayi, lansia maupun ibu hamil, masalah udara berpolusi tentunya tidak bisa dianggap sepele karena bisa berakibat fatal tehadap kesehatan.

 

Seberapa buruk udara di dalam kabin selama berkendara? 

Polutan di udara bisa berupa partikel seperti debu halus (PM2,5), kepulan asap hitam, serta gas kimia yang berbahaya; Nitrogen Dioksida (NO2), Ozon (O3), Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Timbal (Pb), dsb. Ketika jalanan sedang macet, polutan dari knalpot kendaraan di sekeliling Anda masuk melalui celah-celah kaca jendela ataupun pintu mobil, atau dari pendingin udara (air conditioner atau AC), kemudian terakumulasi di dalam karena tidak adanya ventilasi. Kimia gas bersumber dalam kabin dari off-gassing atas bahan interior, seperti dashboard, karpet dan juga jok mobil akan turut  menambah polusi udara dalam kendaraan.

Sehingga tidak heran jika udara di dalam kabin bisa mencapai 15x lebih buruk dari udara di dalam ruangan. Hal ini tentunya menampik anggapan bahwa mengendarai kendaraan pribadi lebih sehat karena tertutup dan ber-AC. Sebaliknya, polusi udara di dalam kabin bisa mengancam kesehatan dan keselamatan pengemudi dan penumpang selama berkendara. Bisa dibayangkan jika Anda terjebak di kemacetan selama berjam-jam setiap harinya! Tanpa Anda sadari, kesehatan Anda perlahan-lahan akan terpengaruh oleh polusi udara.

 

Bagaimana agar sehat dan aman saat berkendara?

Polusi udara bukan hanya mengganggu kesehatan, namun juga keselamatan saat berkendara. Kepulan asap knalpot di depan kendaraan atau efek mata perih yang ditimbulkan dari asap tersebut, bisa mengganggu penglihatan dan membahayakan saat mengemudikan kendaraan.

Setelah membaca artikel ini, Anda tidak perlu khawatir untuk bepergian dengan kendaraan pribadi, baik untuk mobilisasi sehari-hari maupun bepergian bersama keluarga tercinta pada akhir pekan. Berikut tips praktis untuk menghindari paparan polusi selama berkendara:

  • Menghindari paparan polusi udara dari sekeliling

Jaga jarak aman kendaraan Anda terutama jika bus atau truk tepat di depan kendaraan Anda. Hal ini untuk mengurangi paparan asap dan gas kimia dari knalpot kendaraan. Pada saat macet, kepulan asap knalpot kendaraan di depan Anda akan terlihat lebih jelas.

  • Mengeliminasi sumber polusi udara di kabin

Tanpa kita sadari, pemakaian pewangi ruangan/kabin bisa mencemari udara. Memang, pewangi ruangan bisa menyerap bau tidak sedap sekaligus mengharumkan ruangan. Namun di sisi lain, pewangi ruangan bisa memperburuk kualitas udara di dalam kendaraan karena menyumbang gas kimia yang beracun (VOC).

  • Hindari membuka kaca jendela atau pintu mobil

Jika Anda sedang berhenti pada persimpangan lampu merah, pastikan kaca jendela tertutup rapat untuk mengurangi udara berpolusi dari luar masuk ke dalam.

  • Menjaga kebersihan di dalam kabin

Untuk menghindari partikel debu terakumulasi di dalam kendaraan, bersihkan jok mobil, kaca, dan dashboard secara berkala.

  • Meningkatkan kualitas udara di kabin dengan pembersih udara

Alat pembersih udara di ruangan atau indoor mampu membersihkan 99.97% polutan partikel dan menyerap bau serta gas kimia. Kini, alat tersebut bisa dimanfaatkan untuk kendaraan. Blueair telah merancang khusus alat pembersih udara untuk kabin; Blueair Cabin, dengan membawa keunggulan teknologi HEPASilentTM dari rumah ke kendaraan. Blueair Cabin mampu membersihkan seluruh volume udara di dalam kendaraan dalam waktu 5 menit atau 12 kali dalam setiap jam, termasuk performanya dalam menyerap gas berbahaya seperti formaldehid dan VOC, sehingga udara bersih dan segar bisa di nikmati kapan saja dan dimana saja.

 

SOLUTIONS

 

Share:

Posted in Air purifier

Search engine powered by ElasticSuite