Polusi Udara Picu Naik Angka Kematian karena Virus Corona

  • Polusi udara diyakini meningkatkan risiko kematian pada pasien terinfeksi.
  • Selama masa pandemik, setiap kenaikan 1 mikrogram PM2,5 di udara bisa meningkatkan tingkat kematian sebanyak 15%.
  • Pasien dengan riwayat penyakit seperti gangguan pernapasan (asma, alergi, kanker paru-paru, pneumonia) rentan terinfeksi dan berisiko lebih tinggi.
  • Apapun korelasinya dengan pandemi COVID-19, menghindari udara berpolusi untuk mendukung kesehatan, itu bagus.

 

Himbauan untuk stay/work at home untuk mengurangi penyebaran virus ternyata berdampak positif pada kualitas udara, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Langit tampak biru karena kota yang biasanya padat dengan kendaraan bermotor menjadi lengang dan kegiatan industri berkurang jauh. Hal ini tentunya mengurangi pencemaran sehingga meningkatkan kualitas udara bersih.

Namun sebaliknya, tidak banyak yang tahu mengenai dampak polusi udara terhadap COVID-19.

Penelitian yang dipimpin oleh Fransesca Dominici, Co-Director Harvard Data Science Initiative, menuliskan dalam studinya: pada hipotesa kami, paparan terhadap partikel mikroskopik PM2,5 dalam waktu yang lama berefek buruk bagi sistem pernapasan dan berisiko kardiovaskular, hal ini juga yang memperburuk gejala dan berpotensi meningkatkan risiko kematian pada pasien COVID-19. Penelitian yang dilakukan di Universitas Harvard ini, menemukan bahwa bertambahnya 1 mikrogram PM2,5 menyebabkan naiknya kematian sebesar 15% selama wabah Corona. Hal ini mengungkap, polusi udara juga ikut berperan langsung dalam naiknya angka kematian pasien terinfeksi.

 

Bagaimana Polusi Udara Bisa Melemahkan Pertahanan Tubuh?

 

 

Di dalam rongga hidung, udara yang masuk disaring melalui dua tahapan. Pertama, udara akan disaring oleh rambut halus (silia). Kedua, kotoran debu yang masih lolos akan disaring oleh selaput lendir. Pada udara berpolusi, kebanyakan partikel akan menempel dan memenuhi silia sehingga mempengaruhi efektifitas kerja silia. Partikel yang tidak lagi tersaring akan masuk dan memicu terjadinya radang di saluran pernapasan. Peradangan akan melemahkan pertahanan tubuh dan memudahkan virus masuk, sehingga efek peradangan semakin bertambah. Inilah mengapa polusi udara bisa melemahkan pertahanan tubuh sehingga seseorang bisa lebih rentan.

 

Apa Saja Yang Termasuk Polutan Pada Polusi Udara?

 

Kondisi udara didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai berpolusi jika jumlah polutan mikroskopik PM2,5 melampaui 13 mikrogram atau 10 mikrogram rata-rata dalam setahun.

Partikel. Partikel mikroskopik dikenal dari ukurannya, seperti ukuran 2,5 mikron (PM2,5) atau ukuran 10 mikron (PM10). Partikel-partikel berbahaya ini banyak dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor, industri atau pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil.

Emisi Gas. Gas buang/sisa dari mesin kendaraan motor, industri dan pembangkit listrik, antara lain Karbon Dioksida (CO2) dan karbon Monoksida (CO),Nitrogen Dioksida (NO2), serta Sulfur Dioksida (SO2). Emisi gas-gas ini akan berdampak buruk bagi manusia jika melebihi dari ambang batas yang ditetapkan.

 

Dampak Polusi Udara Bagi Yang Terinfeksi

 

Polutan yang masuk ke dalam tubuh seperti menambahkan unsur kimia beracun yang dapat menyebar ke seluruh tubuh. Tentunya sangat berbahaya jika tidak dicegah atau diatasi sejak dini. Penyakit-penyakit berikut akan menambah efek buruk jika terinfeksi virus corona.

Asma dan Alergi. Penderita asma dan alergi akan membentuk sistem kekebalan tubuh untuk menyerang zat-zat tidak berbahaya yang masuk ke dalam tubuh, seperti debu, serbuk sari, seolah-olah mereka patogen. Respon tersebut muncul dengan gejala seperti sesak napas, bersin, peradangan dan sulit bernapas karena saluran pernapasan menyempit. Tentunya akan memperparah gejala pada saat terinfeksi.

Riwayat Penyakit. Kanker paru-paru dan pneumonia (COPD) adalah penyakit yang mematikan, hampir sepertiga kematian disebabkan oleh penyakit kronis ini. Terinfeksi dan memiliki riwayat penyakit akan menambah risiko masuk ke ruang ICU atau sekarat, hingga 80%.

Kerusakan Pada Janin. Walaupun pengaruh virus corona terhadap ibu hamil masih diteliti lebih lanjut, namun studi menemukan, setiap bertambahnya partikel mikroskopik sebesar 0.01 mikrogram di udara, tingkat kerusakan janin naik sebesar 19%. Padahal, tumbuh kembang anak ditentukan dalam 1,000 hari pertama, yaitu selama 9 bulan di dalam kandungan hingga anak berumur 2 tahun.

 

Stay Home Bisa Menghindarkan Polusi Udara Sekaligus Virus Corona?

 

 

Memang penerapan stay home diharapkan dapat memutus rantai penyebaran virus corona dengan membatasi interaksi sosial. Bahkan baru-baru ini, DKI Jakarta menambahkan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mengurangi mobilitas, menjaga jarak dan mengurangi kerumunan yang membawa risiko penyebaran virus tersebut.

Berdiam di rumah (stay home) tidak serta-merta terhindar dari polusi udara. Udara di dalam ruang bisa saja 5 kali lebih kotor dari udara di luar. Hal ini bisa terjadi karena ventilasi yang buruk, aktivitas di dalam rumah seperti memasak, merokok, uap/gas kimia dari pembersih atau detergen, debu dari luar yang terperangkap, bulu hewan, dan lain-lain. Jangan ambil risiko dengan kesehatan Anda sekeluarga disaat berdiam di rumah adalah cara terbaik menghindari penyebaran virus. Alat Pembersih udara dengan kemampuan 99.97% membersihkan partikel kecil hingga ukuran 0.1 mikron (termasuk bakteri dan virus), dan kombinasinya dengan filter karbon aktif, yang mampu menghilangkan bau tidak sedap dan gas beracun, bisa membantu Anda agar berdiam di rumah juga bisa tetap sehat dan aman.

Mengurangi polusi udara untuk mendukung kesehatan itu bagus, baik selama masa pandemik maupun setelahnya. Stay home, stay healthy, stay safe with clean air!

 

SOLUTIONS

 

Share:

Posted in Polusi udara

Search engine powered by ElasticSuite