Coronavirus: Dapat Menyebar Lewat Udara, Benarkah?

  • Coronavirus SARS-CoV-2 dapat menyebar lewat percikan (droplet), namun diduga juga bisa terbawa oleh aliran atau hembusan udara (aerosolized).
  • Selain bersin dan batuk, SARS-CoV-2 juga bisa menular ketika berbicara bahkan pada saat bernapas (inhale/exhale).
  • Banyaknya jumlah atau konsentrasi virus yang ditularkan lewat bersin atau batuk dan faktor lainnya, seperti baik-buruknya sirkulasi udara di dalam ruang, suhu dan tingkat humiditas, mempengaruhi durasi virus bertahan di udara.
  • Berdasarkan penemuan-penemuan terbaru, masker tidak hanya dianjurkan untuk orang sakit, namun juga dianjurkan untuk orang yang sehat dan yang tidak menunjukkan gejala agar mengurangi risiko saat di tempat-tempat umum.

 

Pada awal munculnya SARS-Cov-2, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) menyatakan bahwa coronavirus jenis berbahaya ini tidak menular secara airborne. Penularan SARS-COV-2 dinyatakan melalui percikan batuk dan bersin yang hanya mampu beterbangan kurang dari 1 meter, sehingga tidak memenuhi syarat baku dalam definisi WHO mengenai virus yang menular secara airborne.

Dengan dasar ini, WHO menghimbau social/physical distancing, menjaga jarak tubuh 1 - 2 meter untuk menghindari penularan dan pemakaian maskerpun dianjurkan hanya untuk orang yang sakit dan yang memiliki gejala, bukan yang masih sehat.

Namun, seiring perkembangan, ditemukan fakta baru mengenai penyebaran SARS-CoV-2 melalui udara.

 

Apa dan bagaimana penularan SARS-CoV-2?

 

 

  • Penularan lewat percikan (droplet)

Virus dapat "beterbangan" sejauh radius kurang dari 1 meter lewat percikan batuk atau bersin. Karena ukurannya yang besar dan berbobot, percikan ini akan langsung jatuh ke permukaan, tidak lama mengambang di udara.

 

  • Penularan lewat percikan berukuran lebih kecil (aerosol)

Berbeda dengan droplet, percikan berukuran kecil ini mampu beterbangan lebih jauh. Virus akan terbang karena terbawa aliran atau hembusan udara dan kemudian "mengambang" di udara. Berhati-hatilah jika Anda sedang berdiri atau berjalan di sekitar seseorang yang sedang berbicara atau bahkan bernapas saja, karena ada kemungkinan menghirup percikan kecil yang mengambang di udara dan terbawa angin meniup ke arah Anda.

Namun di sisi lain, Linsey Marr, seorang ahli aerosol transmission berpendapat, percikan kecil yang ditularkan pada ketinggian 6 ft (1,8 meter) hanya mampu bertahan selama 34 menit di udara kemudian jatuh ke permukaan/lantai. Selama mengambang di udara, hanya sebagian kecil dari virus yang dapat bertahan dan memungkinan menginfeksi seseorang di sekitarnya. 

Kemungkinan lainnya, percikan kecil yang mengambang di udara bisa saja tidak jatuh ke bawah, karena percikan air terlebih dahulu menguap di udara sehingga secara otomatis melumpuhkan keampuhan virus dalam menginfeksi seseorang.

 

  • Penularan dengan kontak langsung

Risiko penularan tertinggi tetap melalui kontak. Sebagian besar virus yang ada pada percikan dan droplet akan jatuh ke permukaan (baju, lantai, gagang pintu, dsb.) dimana jika tersentuh dan masuk melalui mulut, hidung dan mata akan membuat Anda terinfeksi.

 

Apakah aman untuk bepergian di luar?

 

 

Seiring dengan perkembangan terakhir, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control, CDC) menyarankan penggunaan masker kain (karena masker bedah dan masker N95 sebaiknya dialokasikan hanya untuk yang sakit dan tenaga medis) untuk melindungi mulut dan hidung di tempat umum, selain mencuci tangan dan menjaga jarak aman. Hal ini tentunya bisa mengurangi naiknya angka orang yang positif terinfeksi.

Pada seminggu terakhir, Singapura, Austria, Slovakia dan Republik Ceko mengumumkan bahwa menggunakan masker merupakan syarat bagi semua orang ketika berada di tempat umum.

 

Lalu bagaimana di dalam ruang?

 

 

Jika konsentrasi jumlah virus di luar ruang akan secara alami berkurang karena terdilusi oleh tiupan angin dan penguapan, di dalam ruang, perlu dibantu oleh sirkulasi, ventilasi dan  pembersihan udara.

Terutama jika penggunaan ventilasi tidak memungkinan, maka disarankan penggunaan alat pembersih udara. Apalagi karena hampir 90% aktivitas kita dilakukan di dalam ruang, bahkan lebih, mengingat ‘di rumah saja’ sekarang menjadi pusat kegiatan keluarga selama masa pandemi.

Alat pembersih udara seperti Blueair dapat menyaring polutan mikroskopik termasuk virus dan bakteri hingga ukuran 0,1 mikron, menghasilkan udara bersih, sekaligus menyirkulasikan udara di dalam ruang sebanyak 5 kali setiap jam.

Bila setelah membaca artikel ini Anda ingin membeli pembersih udara namun bingung cara memilih pembersih udara yang benar dan tepat, disamping banyaknya alat pembersih udara di pasaran, maka ada baiknya terlebih dahulu membaca artikel-artikel berikut:

Beli Pembersih Udara - Fokus Udara Bersih yang Dihasilkan (CADR)

Beli Pembersih Udara - Ketahui Faktor Penting yang Mendukung

Blueair - Pembersih Udara yang Inovatif dari Swedia

 

SOLUTIONS

 

Share:

Posted in Essentials

Search engine powered by ElasticSuite