Waspada Keamanan Air yang Anda Konsumsi

  • Menurut UNICEF Indonesia, 70% sumber air minum rumah tangga di Indonesia tercemar limbah tinja.
  • Berbagai opsi air minum komersial lainnya seperti air minum dari depot isi ulang dan air minum dalam kemasan juga dipertanyakan kualitasnya.
  • Bijaksana dalam pemilihan sumber air minum menjadi keputusan yang tepat untuk mencegah terkena penyakit berbahaya.

 

Memenuhi kebutuhan asupan air setiap hari, sudah tidak perlu dipertanyakan manfaatnya. Selain harus tercukupi, air minum yang kita konsumsi harus diperhatikan kualitasnya. Tidak hanya jernih, menurut Permenkes 492/IV/2010, ada beberapa parameter wajib air minum yang perlu kita perhatikan antara lain tingkat zat padat terlarut, kesadahan, kandungan besi, kandungan mangan dan bebas bakteri (E. Coli dan Coliform). Namun begitu, nyatanya, menurut World Health Organization (WHO), secara global, lebih dari 2 miliar jiwa masih menggunakan sumber air minum yang tercemar tinja.

Informasi dari WHO ini turut didukung dengan kampanye dari UNICEF Indonesia karena 70% sumber air minum rumah tangga tercemar limbah tinja. Kampanye ini bertujuan memberikan pemahaman kepada keluarga Indonesia tentang sanitasi aman dan dampak pencemaran sumber air oleh tinja terhadap kesehatan masyarakat. Tidak hanya untuk diminum, penggunaan air dalam rumah tangga biasanya juga digunakan untuk mencuci peralatan makan, buah dan sayur. Akibatnya, bukan semakin bersih, buah dan sayur malah bisa semakin kotor.

Bagaimana dengan air minum komersial lainnya? Umumnya ada 2 sumber air minum yang dapat dibeli secara bebas di pasaran, yaitu air minum isi ulang dari depot isi ulang dan air minum dalam kemasan (AMDK). Mari kita pelajari tentang keduanya.

 

 

Air minum depot isi ulang

Air minum dari depot isi ulang mulai dipertanyakan keamanannya dengan ditemukannya kandungan BPA di dalamnya. BPA atau Bhispenol A dapat mempengaruhi hormon endokrin seperti estrogen, androgen, dan tiroid. Selain itu, paparan BPA yang berlebih dapat menyebabkan gangguan homeostasis metabolik pada anak, gangguan struktur dan fungsi otak, efek kesehatan di usia selanjutnya pada anak. Temuan ini disampaikan oleh BPOM, walaupun nyatanya, air minum dari depot isi ulang tidak termasuk dalam pengawasan BPOM. BPA yang ditemukan ini, selain dari galon itu sendiri, dikhawatirkan berasal dari selang yang digunakan di depot air isi ulang untuk menyiram tanaman. Tentunya selang yang digunakan untuk menyiram tanaman, bisa mengandung lebih banyak kontaminan dan kimia larut yang membahayakan.

 

 

Air minum dalam kemasan

Air minum dalam kemasan yang sering kita jumpai dalam berbagai ukuran, baik galon, botol hingga gelas, juga tidak sepenuhnya aman dikonsumsi. Bukan kualitas hasil filtrasi air tersebut, melainkan proses penanganan dan pengiriman yang dapat berisiko kontaminasi. Kontaminan yang paling mengkhawatirkan adalah mikroplastik. Mikroplastik muncul dalam air minum kemasan karena terjadi peluruhan pada sisi bagian dalam botol air minum. Mikroplastik yang masuk melalui jalur pencernaan akan menyebabkan luka jaringan usus dan lama kelamaan berpotensi menyebabkan kanker usus besar dan rektum. Lebih dari itu, mikroplastik memiliki kandungan bahan kimia karsinogenik yang dapat mempercepat pertumbuhan kanker.

Persamaan dari keduanya adalah, sebagai konsumen, karena kita tidak turut campur dalam proses produksi maka tidak bisa mengontrol kualitas air dari depot isi ulang maupun kemasan AMDK. Namun di rumah, kita memiliki kendali penuh atas kualitas air yang kita pakai atau konsumsi dengan menggunakan sistem penyaringan yang lebih sempurna.

 

 

Pertama, melakukan pengelolaan sistem sanitasi yang baik seperti membersihkan tangki septik secara berkala dapat membantu menjaga sumber air di rumah kita terkontaminasi zat dan bakteri pemicu diare, penyebab utama kematian pada balita (Unicef). Kedua, terutama jika kita masih menggunakan sumber air sumur/tanah untuk penggunaan air rumah tangga, sebaiknya tetap menggunakan filter air yang mumpuni sebelum digunakan untuk keperluan rumah tangga. Dalam hal keperluan mencuci bahan makanan, memasak, bahkan diminum, sebaiknya kita menggunakan filter air minum berbasis Reverse Osmosis seperti Waterdrop G3 yang mampu menghilangkan 99,9% kontaminan dalam air yang berukuran ≥ 0,1 nano meter (1 per 100.000 lebih kecil dari sehelai rambut) termasuk bakteri, virus, mikroplastik, bahan kimia berbahaya dan logam berat. Selain terbebas dari risiko pencemaran tinja, dengan menggunakan Waterdrop untuk filtrasi air minum di rumah, kita terbebas pula dari risiko cemaran BPA atau mikroplastik yang mungkin ditemukan pada air dari depot isi ulang dan air minum dalam kemasan.

Share:

Posted in Water purifier

Search engine powered by ElasticSuite