Amankah Lepas Masker di Ruangan Terbuka?

  • Hingga 2021, setidaknya separuh warga Jakarta pernah terjangkit Covid-19.
  • Penyintas covid menderita efek samping jangka panjang pada kesehatan terutama pada organ pernapasan seperti paru-paru.
  • Polusi udara di Jakarta yang sempat menduduki peringkat pertama di dunia, tidak hanya menghambat fungsi kerja organ tapi juga mengurangi angka harapan hidup.

Setelah melewati pandemi Covid-19, apakah Anda menjadi salah satu penduduk yang pernah terjangkit Covid-19? Riset menyatakan bahwa hingga Juli 2021, setidaknya separuh warga Jakarta sudah pernah terkena Covid-19. Jika Anda belum pernah, pasti Anda mengenal keluarga atau kerabat dekat Anda yang sudah pernah terkena Covid-19 dalam 2 tahun terakhir. Tahukah Anda bahwa banyak dari antara penyintas Covid-19 yang sudah sembuh, masih merasakan efek samping jangka panjang seperti menurunnya fungsi paru-paru, cepat lelah, sesak napas, dan gangguan kesehatan lainnya. Selain itu, fungsi paru-paru yang belum kembali optimal memiliki risiko cedera paru-paru yang tinggi jika terpapar kualitas udara yang buruk.

Baru-baru ini, pemerintah baru saja melonggarkan kebijakan penggunaan masker di ruang terbuka. Namun, dengan paparan polusi udara yang sangat tinggi, seiring dengan meningkatnya transportasi di jalan, apakah tidak mengenakan masker di ruang terbuka adalah pilihan yang bijaksana? Siapkah kita berpindah dari risiko Covid-19 ke risiko penyakit akibat polusi udara lainnya? Terlebih lagi Jakarta sempat disebut sebagai kota dengan tingkat polusi udara terburuk di dunia dalam beberapa hari terakhir. Data ini juga didukung dengan laporan Air Quality Life Index (AQLI) bahwa berdasarkan data dari Energy Policy Insititute di University of Chicago, penduduk Jakarta diperkirakan kehilangan 3 sampai 4 tahun harapan hidup akibat polusi udara (berdasarkan data 14 Juni 2022). Jika dibandingkan dengan rata-rata dunia (2,2 tahun), angka ini berarti polusi udara di Jakarta memangkas angka harapan hidup hingga 2x lipat lebih tinggi.

 

 

Pertama-tama, perlu kita pahami bersama bahwa tanpa virus corona, polusi udara sendiri sudah membawa berbagai macam dampak negatif bagi kesehatan. Terutama bagi kelompok orang yang lebih sensitif seperti ibu hamil, anak kecil dan lansia. Misalnya pada ibu hamil, paparan polusi udara tidak hanya mempengaruhi kesehatan si ibu, tapi juga mengganggu tumbuh kembang janin dalam kandungan. Udara kotor yang terhirup oleh ibu dan janinnya juga dapat mengakibatkan timbulnya masalah berat badan rendah saat bayinya baru lahir, terhambatnya perkembangan paru-paru, hingga asma. Untuk sebagian orang lainnya, dampak polusi udara juga bermacam-macam misalnya iritasi mata dan kulit, sakit tenggorokan, batuk, bahkan sesak napas.

Lebih parahnya, polusi udara dan Covid-19 yang saat ini belum benar-benar hilang, memiliki hubungan dua arah yang saling mempengaruhi. Paparan polusi udara berdampak negatif pada penyintas Covid-19. Sebaliknya, polusi udara juga meningkatkan risiko penularan Covid-19. Mendapat vaksinasi lengkap pun tidak menjamin terhindar dari risiko terkena Covid-19, apalagi dengan kondisi polusi udara yang tinggi. Kerusakan paru-paru yang dialami akibat terjangkit Covid-19 ditambah buruknya kualitas udara, pasca perbaikan sementara saat pandemi Covid-19, tentunya menghambat proses pemulihan fungsi paru-paru.

 

Bagaimana cara kita menghindari paparan polusi udara?

 

 

Walaupun ancaman Covid-19 sudah mulai menurun, tetap menggunakan masker di luar ruangan adalah cara paling bijaksana untuk menghindari bahaya paparan polusi udara. Namun begitu, jangan lupakan bahwa polusi udara di dalam ruangan yang bisa 2-5x lebih buruk daripada di luar ruangan. Cara terbaik untuk memastikan kita tetap menjaga kualitas udara di dalam ruangan adalah dengan menggunakan pembersih udara berkualitas yang dapat mengganti seluruh udara dalam ruangan 5x setiap jam, sesuai dengan rekomendasi pakar kesehatan seperti WHO dan AHAM, seperti pembersih udara Blueair.

 

Blueair dengan teknologi HEPASilent

 

 

Blueair, pembersih udara asal Swedia, telah tersertifikasi AHAM dapat membersihkan seluruh udara pada ukuran ruangan yang direkomendasikan 5x setiap jam. Seri terbaru Blueair DustMagnet™ yang menggunakan pra-filter berbahan stainless steel membuat partikel debu tertangkap seperti magnet. Selain unggul dari desainnya yang seperti perabotan ala Skandinavia, sama seperti seri Blueair lainnya, DustMagnet™ juga dilengkapi dengan teknologi HEPASilent yang dapat melumpuhkan 99,97% partikel mikroskopik seperti PM2.5, virus dan bakteri yang tidak kasat mata hingga berukuran 0,1 mikron dan menangkapnya pada filter HEPA. Berbagai gas berbahaya, VOC, dan bau tidak sedap juga dapat dihilangkan berkat bantuan karbon aktif pada filternya. Tak kalah penting juga, semua pembersih udara Blueair sudah tersertifikasi oleh California Air Resource Board dan Intertek, bebas ozon yang dapat membahayakan bagi sistem pernapasan manusia.

 

 

Share:

Posted in Polusi udara and Air purifier

Search engine powered by ElasticSuite